Perjalanan Pendidikan Nasional Hingga Konsep Merdeka Belajar Masa Kini

- 14 Oktober 2022, 10:25 WIB
Pendidikan  Nasional
Pendidikan Nasional /Smudge Art/Anonim

ZONA KALTIM - Gerakan transformasi pendidikan Ki Hadjar Dewantara sangat erat hubungannya dengan latar belakang pendidikan yang sebelumnya telah ia tempuh semenjak beliau melanjutkan pendidikan di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA). Pada masa itu, Ki Hadjar Dewantara bertemu dan bergaul dengan teman yang lain yaitu Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo yang kini dikenal pula sebagai tokoh tiga serangkai dalam pergerakan nasional.

Melalui pergaulan dan pertemuan itu, Ki Hadjar Dewantara memiliki perhatian yang besar terhadap dunia pendidikan tanah air ditengah masa kolonialisme. Sebagai seorang pribumi yang terdidik beliau merasa bahwa pendidikan yang diajarkan selama ini oleh Belanda hanya berkutat seputar pendidikan yang berhubungan dengan materialistis dan intelektualitas semata.

Kesadaran itulah yang membuat akhirnya tokoh pendidikan Nasional itu menginisiasi berdirinya sebuah lembaga pendidikan yang kemudian dikenal dengan Taman Siswa. Lembaga ini bertujuan memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi para pribumi jelata Indonesia seperti yang dimiliki para priyayi atau orang-orang Belanda.

Baca Juga: Pangeran Noto Igomo, Mufti Kesultanan yang Masyhur di Tanah Kutai

Taman Siswa menanamkan rasa kebangsaan pada anak didiknya. Metode pendidikannya merupakan gabungan perspektif Barat dengan budaya nasional. Nalar kritis perlawanan Ki Hadjar Dewantara dituangkan dalam bentuk kesadaran terhadap pendidikan Nasional berupa perpaduan pengetahuan (intelektual) dengan tetap berpedoman pada akar kebudayaan Indonesia yang sudah ada.

Seperti apakah akar kebudayaan Indonesia yang sejati? Yaitu sifat welas asih, gotong royong dan segala bentuk sifat kemanusiaan yang baik harus tetap dipertahankan. Dengan begitu pendidikan bukan sekedar alat untuk bisa meraih tingkat derajat kehidupan tertentu lalu berlaku semena-mena kepada orang lain yang tidak berpendidikan. Namun sebaliknya, pendidikan yang diharapkan Ki Hadjar Dewantara tentu bukan hanya berdampak pada aspek lahiriah saja, namun sampai pada aspek batiniah (kejiwaan) masyarakat Indonesia agar memiliki kesadaran martabat yang luhur yang mampu menciptakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.

Baca Juga: Cara Menulis di Wikipedia bagi Pelajar

Maka, benarlah apa yang selalu kita ingat petuah Ki Hadjar Dewantara  “Ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani.” Konsep ini bermakna, “Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.” Konsep tersebut masih relevan diterapkan dalam dunia pendidikan nasional dewasa ini.

Dari buah pemikiran tersebut, hal baru di masa kini yang tengah berkembang melalui konsep “Merdeka Belajar” sangat tepat sekali untuk diterapkan. Dengan intelektualitas cemerlang dan kesadaran jiwa sebagai bangsa Indonesia membuat pendidikan saat ini sudah sepatutnya semakin maju dengan mengedepankan profil pelajar Pancasila.

*) Artikel ini merupakan refleksi pengetahuan terhadap naskah pidato Ki Hadjar Dewantara dan sejarah perjalanan pendidikan Nasional

Editor: Akhmad Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x