Network
ZONAKALTIM.COM - Sebuah webinar daring "Bagaimana Sembuh dari Trauma Pandemi COVID-19" mendatangkan berbagai pakar kesehatan jiwa yang tergabung
Aktivis PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia) membahas bagaimana wabah pandemi Covid 19 ini meninggalkan trauma yang cukup mendalam
Baca Juga: Happy Asmara Kenakan Pakai Pernikahan Adat Jawa, Intip Sosok Prianya
Dimana dampak nya bukan hanya secara kesehatan pisik tapi juga kesehatan phsikis,trauma disini tentunya membutuhkan waktu untuk penyembuhan nya,karena efek yang luar biasa ditimbulkannya pun tidak main main
Terganggunga pola hidup,pola tidur,gelisah,kecemasan berlebihan,susah konsentrasi dan ditingkat lebih parah kadangkala jadi berubah nya perilaku seperti menjadi sering berhalusinasi,sulit mengontrol emosi,hal ini tentunya memerlukan therapy tertentu,dan juga psikofarmakologi menjadi solusi nya
Baca Juga: Apa Penyebab Gejala Bipolar ? Simak penjelasan dan cara mengobatinya !
Menurut Spesialis kesehatan jiwa Erickson arthur siahaan salah satu therapi yang gratis serta menenangkan dan menyenangkan dalam menghindari depresi dan kecemasan adalah mendengarkan musik yang menenangkan
"Meskipun kita punya referensi jenis musik yang berbeda-beda, pilihlah jenis musik yang menenangkan dan membuat anda lebih bersemangat," katanya dalam webinar tersebut
"Sebuah studi di Jerman menyatakan bahwa bernyanyi bersama dengan lagu yang riang, ternyata bisa meningkatkan Immunoglobin A untuk daya tahan tubuh," tambah nya
Kenapa musik dipilih sebagai salah satu alternatif untuk mengobati depresi,menurut Erickson Musik sudah dikenal dari dulu sebagai sarana untuk memperbaiki suasana hati dan juga memperlambat detak jantung
Musik yang tenang akan membuat suasana hati kita juga ikut tenang,kecemasan mereda dan bersifat menyembuhkan dan mengembalikan suasana hati menjadi lebih rileks
Ada beberapa jenis traumatik atau depresi yang dihasilkan kondisi kondisi tertentu,seperti halnya sering bersentuhan dengan hal hal yang menakutkan,seperti kematian,wabah yang mengerikan,menyaksikan hal hal ekstrim yang menimbulkan ketakutan lainnya,hal ini sangat rentan menimbulkan stres atau dikenal dengan PTSD
"Stres yang tidak dapat ditoleransi atau dikontrol dengan baik pada beberapa orang bisa menimbulkan trauma atau disebut PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)," menurut Erickson.
Erickson menyarankan "Hal yang harus dilakukan adalah kita harus mengakui dan menerima perasaan yang tidak nyaman, bahwa kita tidak harus baik-baik saja, bisa merasa down (rendah), merasa nangis," sarannya Erickson.
"Belajar untuk bisa mengenali setiap reaksi-reaksi dan emosi yang kita rasakan, jangan disangkal, justru kita perlu berdamai pada setiap emosi kita," Tambahnya lagi
