Perjalanan Singkat Jenderal Hoegeng Mejadi Polisi Yang Terkenal Karena Kejujurannya

- 16 Oktober 2022, 15:30 WIB
Jenderal Hoegeng
Jenderal Hoegeng /Miju/Instagram @jenderalhoegeng

ZONA KALTIM - Jenderal Hoegeng Imam Santoso, atau lebih akrab disapa Jenderal Hoegeng merupakan seorang perwira polisi Indonesia yang dikenal kejujurannya hingga kini.

Hoegeng menjabat sebagai Panglima Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) kelima dari tahun 1968 hingga 1971 dan merupakan salah satu perwira polisi paling singkat yang memimpin badan tersebut.

Prestasinya di kepolisian sangat terkenal dan selalu dijadikan panutan bagi mereka yang ingin menjadi polisi.

Baca Juga: Ujian Era Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Tercatat Beberapa Kasus Besar

Sebelum terjun ke dunia kepolisian, Hoegeng sebenarnya belajar bahasa dan sastra Barat di AMS (setingkat SMA) di Yogyakarta.

Pada masa kolonial minatnya terhadap sastra cukup tinggi dan hobinya membaca buku-buku sastra.

Zonakaltim.com menelusuri jejaknya dan mengungkapkan bahwa ia berteman dekat dengan penulis naskah terkenal Usmar Ismail dan penulis Rosihan Anwar.

Baca Juga: Irjen Teddy Minahasa Terbukti Terlibat Dalam Peredaran Narkoba, Berikut Ancaman Hukumannya

Namun, keinginan itu telah berubah dari waktu ke waktu. Setelah dewasa, Hoegeng memutuskan untuk melanjutkan studinya di Fakultas Hukum di Jakarta.

Ketika tentara Jepang mulai menduduki Indonesia, masa transisi muncul.

Hoegeng, yang saat itu berusia 22 tahun, harus menerima kenyataan bahwa pemerintah Jepang menutup sekolah hukum yang ia ikuti.

Baca Juga: Bisnis Gelap Narkoba Viral, Terungkap Nama Freddy Budiman Setelah Teddy Minahasa, Ada Apa?

Kemudian dia berbalik dan kembali ke tanah kelahirannya, yaitu Pekalongan, dan mulai menjual semua yang bisa dia jual. Dia dikenal menjual telur dan buku pelajaran.

Di Pekalongan, Hoegeng mencoba peruntungannya dengan mendaftar di pembukaan kursus polisi di kotanya. Dia tiba-tiba diterima dari 130 pelamar polisi.

Hoegeng pun kemudian masuk akademi kepolisian.

Filosofi hidup sederhana yang telah membimbing hidupnya sejak ia masih muda ia bawa dengan bangga dalam pekerjaannya sebagai polisi.

Baca Juga: Kesimpulan Laporan TGIPF : Tragedi Kanjuruhan Tanggung Jawab PSSI

Jadi Hoegeng dikenal sebagai polisi yang paling sederhana dan jujur, menolak semua hadiah dan berani memberantas semua kejahatan.

Meskipun dia sudah menjadi kepala polisi pada saat itu, kualitas dirinya tidak berubah. Itu masih menjadi ciri khas perilakunya sehari-hari.

Banyak cerita tentang kerendahan hati dan kejujuran Jenderal Hoegeng selama berkarir sebagai polisi.

Diketahui, Hoegeng menolak pemberian mobil dinas karena menurutnya mobil jip dinas sangat berguna dalam kegiatannya.

Baca Juga: Ahmad Sahroni: Kapolda Jatim Di Duga Ditangkap Propam Karena Terkait Kasus Narkoba

Belakangan, saat masih bekerja sebagai kepala investigasi kriminal di Sumatera Utara, ia pernah menolak suap dari bandar taruhan yang memberi Hoegeng sebuah mobil dan perabotan di gedung kantornya.

Hoegeng dengan tegas membawa perabotan yang diberikan oleh bandar itu ke pinggir jalan. Menurutnya, tidak ada cara apapun untuk membeli polisi.

Berbeda dengan polisi lain dulu dan sekarang. Hoegeng paling menentang suap ketika memecahkan kasus-kasus besar.

Baca Juga: Psikolog :Jangan Sia-siakan Periode Emas Anak

Selama masa jabatannya sebagai Kapolri, Hoegeng menangani kasus penting yang melibatkan penyelundupan ilegal mobil mewah yang dilakukan oleh Sie Tjie It.

Penyelidikan kasus itu kemudian mengungkap nama istri Presiden Soeharto.

Ia memang berhasil mengungkap kasus itu, namun di balik itu Hoegeng harus menerima kenyataan bahwa pencopotan sebagai Kapolri dipercepat.

Alasan Suharto pada waktu itu karena Jenderal Hoegeng karena dia terlalu tua dan polisi membutuhkan reformasi.

Baca Juga: Tanggapan Jokowi Tentang Rencana Pengunduran Diri Dari Shin Tae Yong

Jenderal yang lahir pada 14 Oktober 1921 lebih memilih hidup dalam kesusahan daripada menerima suap atau korupsi.

Menurutnya, setiap karir adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga dengan iman dan amanah.

Kata-kata bijak Hoegeng yang terkenal “Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik".***

Editor: Yudha Setiawan

Sumber: DJKN Kemenkeu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini